Setelah manusia dibangkitkan
dari kuburnya pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan mereka di
mahsyar. Tempat di mana Allah akan menegakkan keadilan atas
makhluk-makhluk-Nya. Pada saat itulah setiap insan akan
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya selama di dunia. Peristiwa
inilah yang diistilahkan dalam ayat-ayat Qur`ani dan hadits-hadits
Nabawi dengan al-Hasyr (pengumpulan manusia).
![]() |
Google search |
Keadaan manusia ketika digiring ke Mahsyar.
Keadaan mereka ketika itu adalah
sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah, “Sesungguhnya kalian akan
digiring dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian dan tidak
dikhitan”, kemudian beliau membaca ayat (yang artinya), “Sebagaimana
Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya.” (al-Anbiya: 104)
Kemudian beliau melanjutkan, “Dan
sesungguhnya makhluk pertama yang akan dikenakan pakaian adalah Nabi
Ibrahim al-Khalil.“ (HR. al-Bukhari no. 6526 dan Muslim no. 58 dari
shahabat Ibnu Abbas)
Dalam riwayat lain, Ummul Mukminin
Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, para laki-laki dan
perempuan, sebagian mereka akan melihat kepada sebagian yang lain?”
yaitu dalam keadaan aurat mereka tidak tertutup. Rasulullah pun
menjawab, “Urusan mereka lebih dahsyat daripada sekedar mempedulikan hal
itu” (HR. al-Bukhari no. 6528 dan Muslim no. 2859)
Dalam hadits yang lain disebutkan pula bahwa manusia akan dikumpulkan dalam keadaan buhm. (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari shahabat Abdullah bin Unais dan dihasankan oleh asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani). Makna buhm sebagaimana disebutkan dalam hadits tersebut,
لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ
dijelaskan oleh para ulama bahwa maknanya adalah tidak membawa sesuatupun dari kekayaan yang dimilikinya saat di dunia.
Panggilan sang penyeru
Para manusia ketika itu akan bergerak
menyambut panggilan seorang malaikat penyeru, yakni malaikat Israfil
sang peniup sangkakala. Allah berfirman yang artinya, “Pada hari itu
para manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak
berbelok-belok.”(Thaha: 108)
Sang penyeru memanggil mereka menuju
mahsyar untuk berkumpul di hadapan Allah. Seluruh manusia dapat
mendengar panggilan tersebut. Mereka pun bergegas memenuhinya dengan
penuh rasa cemas. Mereka mulai berjalan lurus mengikuti suara sang
penyeru tanpa menoleh atau pun berpaling ke arah kanan atau Tkiri.
(Tafsir as-Sa’di hal. 486)
Pada kelanjutan ayat tersebut Allah
menjelaskan tentang keadaan ketika itu, “Dan merendahlah semua suara
kepada Allah Dzat yang Maha Pemurah. Maka kamu tidak mendengar kecuali
suara pelan saja.” (Thaha: 108)
Yang dimaksud bahwa pada hari itu
yang terdengar hanyalah suara langkah-langkah kaki menuju padang
mahsyar, atau suara bisikan-bisikan pelan semata. Mereka semua terdiam
menunggu keputusan Allah.
(Tafsir as-Sa’di hal. 486)
Perbedaan keadaan orang yang bertakwa dengan orang yang durhaka
Pada saat itu akan tampak dengan
jelas perbedaan antara orang-orang yang bertakwa dengan orang-orang yang
durhaka. Allah berfirman (yang artinya), “(Ingatlah) hari (ketika) Kami
mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Dzat yang
Mahapemurah sebagai perutusan yang terhormat dan Kami akan menghalau
orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.”
(Maryam: 85)
Orang-orang yang bertakwa akan
dikumpulkan menuju Allah yang Maha pemurah, dalam keadaan terhormat dan
dimuliakan sebagaimana kedatangan seorang utusan kepada Raja, di mana
seorang utusan apabila akan menghadap Raja tentu saja ia memiliki
harapan besar dalam hatinya bahwa sang Raja akan memberikan pemuliaan
kepadanya. Demikian pula orang-orang yang bertakwa ketika datang kepada
Allah, hati-hati mereka akan dipenuhi harapan dan rasa optimis bahwa
mereka akan mendapatkan limpahan kasih sayang serta kenikmatan dari
Allah di surga, negeri kemuliaan. Hal ini karena mereka selama di dunia
telah menjalankan ketaatan dan ibadah yang Allah ridhai, dan Allah telah
menjanjikan bagi mereka balasan berupa pahala di akhirat, maka mereka
pun datang kepada Allah dengan rasa yakin bahwa Allah akan memenuhi
janji-Nya tersebut. (Tafsir as-Sa’di hal. 473)
Sedangkan orang-orang yang durhaka,
yakni orang-orang kafir, maka akan dihalau menuju neraka dalam keadaan
haus. Lebih dari itu, Allah berfirman tentang keadaan mereka ketika itu,
(artinya), “Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat
(diseret) diatas wajah mereka dalam keadaan buta, bisu dan tuli.”
(al-Isra: 97)
Ini benar-benar menunjukkan bahwa
kehinaanlah yang mereka dapatkan pada hari kiamat. Mereka akan diseret
di atas wajah-wajah mereka menuju padang mahsyar. Salah seorang dari
shahabat ketika mengetahui hal itu terheran dan bertanya kepada
Rasulullah, “Wahai Nabi, bagaimana kiranya orang kafir dikumpulkan
diseret di atas wajahnya?”, maka beliau menjawab, “Bukankah Dzat yang
menjadikannya berjalan dengan dua kaki ketika di dunia mampu untuk
menjadikan mereka berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?” (HR.
al-Bukhari no. 6523 dan Muslim no. 54 dari Anas bin Malik).
Allah juga akan mengumpulkan mereka
dalam keadaan buta, tidak melihat segala sesuatu yang di sekelilingnya.
Itu merupakan balasan yang setimpal dengan perbuatan mereka ketika di
dunia, di mana mereka meninggalkan ayat-ayat Allah, tidak
menghiraukannya dan tidak menjadikannya sebagai pegangan hidup.
Allah berfirman, “Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang
sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta. Berkatalah ia: “Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam
keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah
berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
meninggalkannya dan begitu (pula) pada hari ini kamupun ditinggalkan”.
(Thaha: 124-126)
Apakah yang selain manusia dan jin juga akan dikumpulkan?
Permasalahan ini adalah sesuatu yang
diperselisihkan di kalangan para ulama. Namun pendapat yang benar bahwa
hewan-hewan pun akan dibangkitkan dan dikumpulkan, sebagaimana
dijelaskan oleh al-Qurthubi tdalam kitab at-Tadzkirah. Beliau
menyebutkan bahwa ini adalah pendapat Abu Dzar, Abu Hurairah, dan ‘Amr
ibnu al-Ash dari kalangan shahabat. Demikian pula Hasan al-Bashri, dan
yang selain mereka. Ini didasarkan firman Allah (yang artinya), “Dan
apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” (at-Takwir: 5)
Allah juga berfirman (yang artinya),
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab (al-Lauhul Mahfudz),
kemudian kepada Rabblah mereka dihimpunkan.” (al-An’am: 38)
Shahabat Abu Hurairah berkata ketika
menafsirkan ayat ini, “Allah akan menghimpun makhluk seluruhnya pada
hari kiamat: binatang-binatang, burung-burung, hewan-hewan ternak dan
segala sesuatu. Keadilan Allah pada hari itu sampai kepada taraf
dilakukannya pembalasan bagi kambing-kambing yang tidak bertanduk atas
kambing-kambing yang bertanduk, kemudian Allah berfirman, “Jadilah
tanah”, maka itulah firman Allah mengisahkan perkataan orang-orang
kafir, dan orang kafir berkata, “alangkah baiknya sekiranya aku dahulu
adalah tanah.” (an-Naba: 40).”
Ini juga yang disebutkan dalam sabda Rasulullah,
لَتُؤَدُّنَّ الْحُقُوْقَ إِلَى أَهْلِهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُقَادُ لِلشَّاةِ الْجَلْحَاءِ مِنَ الشَّاةِ الْقَرْنَاءِ
“Sungguh benar-benar kalian akan menunaikan segala hak kepada pemiliknya pada hari kiamat, sampai-sampai akan diadakan pembalasan bagi kambing yang tidak bertanduk kepada kambing yang bertanduk (yang pernah menanduknya)” (HR. Muslim no. 2582 dari shahabat Abu Hurairah)
Keadaan bumi Mahsyar
Bumi yang ada pada hari kiamat sungguh
sangat berbeda dengan bumi yang kita tinggali saat ini. Rasulullah
menjelaskan keadaan bumi ketika itu dalam sabda beliau,
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ, عَفْرَاءَ, كَقُرْصَةِ اللنَّقِيِّ لَيْسَ فِيْهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ
“Manusia akan dikumpulkan pada hari
kiamat di atas bumi yang putih, kemerahan, seperti roti pipih yang
terbuat dari tepung bersih”, tidak ada padanya petunjuk jalan bagi
seorang pun.” (HR. al-Bukhari no. 6521 dan Muslim no. 29 dari Sahl bin
Sa’ad)
Ulama pakar hadits, Ibnu Hajar
al-Asqalani menjelaskan bahwa hikmah dijadikan bumi dalam keadaan
demikian karena hari itu adalah hari keadilan dan hari ditampakkan
kebenaran, maka sudah sepantasnya hal tersebut terjadi di tempat yang
bersih dari amalan kemaksiatan dan perbuatan aniaya. Juga karena pada
hari tersebut Allah akan datang menampakkan diri-Nya di hadapan manusia,
maka bumi dijadikan dalam keadaan demikian agar sesuai dengan keagungan
Allah dan kemuliaan-Nya.
Lebih lanjut Ibnu Hajar al-Asqolani menyatakan bahwa dalam hadits ini tersirat bahwa bumi yang kita tinggali di dunia ini akan sirna dan musnah, kemudian akan diganti dengan bumi yang baru dalam keadaan yang jauh berbeda dengan keadaan bumi yang kita tinggali. Pada bumi yang baru itulah manusia akan dikumpulkan. Allah berfirman (yang artinya), “Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Ibrahim: 47) (lihat Fathul Bari:11/456)
Wallahu a’lam bish shawab
Penulis: Ustadz Abu Ahmad
Sumber : Buletin Al Ilmu
0 Response to "Saat giringnya Manusia menuju Padang MAHSYAR"
Posting Komentar